Faktor
Lingkungan
Lingkungan merupakan bagian
dari kehidupan anak didik. Dalam
lingkungan lah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang di sebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan
abiotik tidak dapat di hindari. Itu lah hukum alam yang harus di hadapi oleh
anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik. Selama
hidup anak didik tidak tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan
alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang
berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Keduanya
mempunyai pengaruh cukup signifikan terdap belajar anak didik di sekolah. Oleh
karena kedua lingkungan ini akan di bahas sebagai berikut:
1.
Lingkungan
alami
Lingkungan
hidup adalah lingkungan tempat tinggal
anak didik, hidup dan berusaha di
dalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang
hidup di dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu dingin
menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu panas menyebabkan
anak didik kepanasan. Pengap dan tdak betah tinggal di dalamnya.
Lingkungan
sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya di hiasi tanaman/
pepohonan yang di pelihara dengan baik. Apotek hidup mengelompokan dengan baik
dan rapi sebagai labolatorium alam bagi
anak didik. Pengalaman telah banyak
membuktikan bagaimana panasnya lingkungan kelas. Di mana suatu sekolah yang
miskin tanaman atau pepohonan di sekitanya.
2.
Lingkungan
sosial budaya
Pendapat
yang tak dapat di sangkal adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk homo socius. Semacam makluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama
satu sama lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan
interaksi sosial. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang
selalu ada dalam kehidupan sosial.
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari
ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik untuk
tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Demikian juga halnya di sekolah. Ketika anak didik berada di
sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial di sekolah.
Lingkungan
sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem
tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari
hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik-pabrik yang
di dirikan di sekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas.
2.2 Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan
di capai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan
ke arah itu di perlukan seperangkat
kelengkapan dalam berbagai bentuk danjenisnya. Semuanya dapat di berdaya
gunakan menurut fungsi masing-masing
kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat di pakai oleh guru dalam merencanakan
program pengajaran. Program sekolah dapat di jadikan acuan untuk meningkatkan
kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang tersedia harus di
manfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan
belajar anak didik di sekolah.
a.
Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur
substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak
dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu
pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya.
Muatan kurikilim akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar
anak didik. Untuk mencapai target penguasaan kurikulum oleh
anak didik terkadang di rasakan begitu sukar. Fakor sejarah pendidikan masa
lalu yang menjadi akar permasalahannya. Sebelum melanjutkan sekolah, anak didik
telah dididik dalam lingkungan seolah dengan sistem pendidikan yang kurang
baik, maka anak didik akan mengalami kesukaran untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekolah yang baru. Jadi kurikulum di akui dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.
b.
Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan di
sususn untuk di jalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di
sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidkan yang di rancang. Program
pendidikan di sususn berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,
finansial, dan sarana prasarana. Berfariasi potensi yang tersedia melahirkan
program pendidikan yang berlainan untuk setiap sekolah. Dari perbedaan program
pendidikan di atas tidak dapat di hindari adanya perbedaan kualitas
pengajaran. Program bimbingan dan
penyuluhan mempunyai andil yang besar dalam keberhasilan belajar anak didik di
sekolah. Tidak semua anak diddik sepi dari masalah kesulitan belajar.
Bervariasinya nilai kuantitatif di dalam
buku rapor sebagai bukti bahwa tingkat penguasaan bahan pelajaran oleh anak
didik yang bermacam-macam. Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi
ke mana proses belajar itu berlangsung. Gaya belajar anak didik di giring suatu
aktivitas proses belajar yang menunjang
keberhasilan program pengajaran yang di buat oleh guru.
c.
Sarana
dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah
misalnya sebagai tempat strategis bagi berlangsungnya kegiatan proses belajar
mengajar disekolah.
d.
Guru
Guru
(dalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa
Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik.
Daoed Yoesoef
(1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas
profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan
dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum
diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi
adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama
dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah
transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri
sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti
yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua
harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan
melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir
atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif
dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya
sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik,
turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan
negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan
dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang
kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya
mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat
anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak
didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia
berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga
melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat
melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran,
atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam
rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan
hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya,
oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan
itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya
dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus
dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon
tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang
baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk
melaksanakan tugas profesional.
2.3
kondisi
fisiologis
Kondisi
Fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
Menurut Noehi, hal yang tak kalah pentingny aslah sebuah kondisi panca indra
(mata,hidung,pengecap,telinga,dan tubuh).
Aspek psiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas.
pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur
tubuh anak didik. sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh
pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan ank didik ke papan tulis tidak
terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi
dua macam.
Pertama, keadaan tonus
jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk
menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a.
menjaga pola makan yang sehat dengan
memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi
atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk,
sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b.
rajin berolah raga agar tubuh selalu
bugar dan sehat;
c.
istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan
fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca
indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar
dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk bagi
segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia
dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun
siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun
secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic,
mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2.4 kondisi psikologis
Factor –faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah
kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
a)
kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya
kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli
membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat
IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Menurut Slameto (2003:54) Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu:
1.
Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
yang di sebut faktor individu (Intern), yang meliputi : (1). Faktor
biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah
satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi
belajar. (2). Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi
serta perhatian ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi:
kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah
tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
mengahsilkan sesuatu akan hilang.
2.
Faktor yang ada pada luar individu yang di
sebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga
adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga
pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam
ukuran besar. (2). Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di
sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat
sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah
lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih
giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar di atas dapat dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup
kompleks. Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan.
Kadang-kadang juga lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang
sulit mencerna mata pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar.
b)
Motivasi
Menurut
Noehi Nasution 1993 Motivasi aalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu, jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar.
Penemuan-penemuan
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi
untuk belajar bertamabah, Menurut Slameto 1991 sering kali anak ddik yang
tergoloong cerdas tanpa bodoh karena tidak memiliki motivasi untk mencapai
prstasi sebaik mungkin.
Menurut
Ngalim purwanto 1995 bahwa banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak
dipengaruhi motivasi yang tepat, jika seseorang mendapat motivasi yang
tepat,maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
semula tidak terduga.
Kuat
lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajr.
karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam
diri ( motivasi intrinsik ) denagn cara senantiasa memikirkan masa depan yang
penuh tantangan dan harus dihadapiuntuk mencapai cita-cita.
c)
Minat
Minat
menurut slameto 1991 dlah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu
hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri.
semaki kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Anak didik
memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung perhatian yang lebih besar
terhadap subjek tersebut.